Tradisi Rebo Pungkasan Wonokromo Jogja

Mei 11, 2020
Tradisi Rebo Pungkasan Wonokromo Jogja


Bulan Safar adalah bulan kedua dalam penaggalan hijriah Islam. Sebagaimana bulan lainnya, ia merupakan bulan dari bulan-bulan Allah yang  tidak memiliki kehendak dan berjalan sesuai dengan apa yang Allah ciptakan untuknya.


Di Desa Wonokromo terdapat sebuah upacara adat yang dikenal dengan sebutan Upacara Tradisi Rebo Pungkasan. Upacara Rebo Pungkasan pada Desa Wonokromo ini diadakan setahun sekali pada hari Selasa (malam Rabu) di minggu terakhir bulan Sapar. disebut demikian karena upacara ini diadakan di hari Rabu terakhir di bulan Sapar. kata sapar identik dengan ucapan kata syafar yang berarti bulan Arab yang ke 2. dalam perkembangannya, kata syafar tersebut menjadi salah sebuah nama bulan Jawa yang ke 2.

Dalam tradisi ini, puncak acaranya terjadi pada hari Selasa malam atau malam Rabu. Awalnya upacara adat ini dipusatkan di dalam masjid dan biasanya seminggu sebelum puncak acara sudah diadakan keramaian yaitu pasar malam di lapangan Wonokromo depan kelurahan.
Upacara adat ini dipilih pada hari Rabu, konon katanya hari terakhir dalam bulan Sapar tersebut merupakan hari pertemua antara Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan mBah Kiyai Faqih Usman. Berdasarkan pada hari itulah kemudian masyarakat menyebutnya dengan istilah upacara Rebo Pungkasan.

Rebo Pungkasan ini diselenggarakan sebagai ungkapan syukur kepada yang Maha Agung, serta untuk mengenang dan  menghormati seorang kyai pertama di Wonokromo (Kyai Faqih Usman atau Kyai Welit) yang mampu menyembuhkan segala penyakit dan  dapat memberikan berkah untuk kesuksesan usaha atau untuk tujuan-tujuan tertentu. Mitos tentang Upacara Rebo Pungkasan ada beberapa versi, namun makna dan  prosesi upacara tersebut ada kesamaan, yakni tentang kyai yang tinggal di Desa Wonokromo dan mempunyai berbagai kesaktian.

Dalam menyambut Upacara Adat Rebo Pungkasan di Desa Wonokromo, Pleret ini biasanya seminggu sebelum puncak acara telah terdapat stan – stan permainan seperti dremolem, ombak banyu dan sebagainya. Kemudian ada pasar malam yang bentuknya seperti sekaten, yakni ada yang berjualan pakaian, makanan, mainan dan  sebagainya. Tentunya juga dijumpai orang-orang yang berjualan lemper.

Upacara tradisi Rebo Pungkasan dimulai setelah Isya’. Rangkaian upacara malem Rebo Pungkasan ini diawali dengan upacara pelepasan Lemper Raksasa dan Gunungan yang dilakukan di Masjid Karanganom, Wonokromo, Pleret, Bantul. Lemper raksasa yaitu sebuah tiruan lemper yang ukuran tinggi 2,5 meter dengan diamter 80 cm. Lemper super besar tersebut terbuat dari bahan lemper pada umumnya, yakni beras ketan yang diisi daging ayam. Lemper raksasa tersebut tidak semua bagiannya terisi oleh beras ketan yang berisi daging ayam, namun hanya sekitar 1/2 meter saja yang terisi, dan sisanya hanya merupakan properti saja.


Sehingga seolah-olah Jika Bila dilihat akan nampak seperti lemper raksasa secara keseluruhan, akan tetapi tidak demikian yakni sebagian murni berisi lemper dan sebagian hanya properti. Adapun upacara tadi tersusun atas sambutan takmir masjid, pembacaan sholawat, dan  doa bersama yang dipimpin salah seorang sesepuh desa Wonokromo. Setelah doa bersama, Lemper dan Gunungan itu diarak dari Masjid Karanganom menuju ke Balai Desa Wonokromo. Adapun rute arak-arakan tersebut melewati jalan Imogiri Timur dan menempuh jarak sekitar 2 kilometer. Lemper dan  Gunungan tersebut, diarak oleh beberapa pasukan atau bregodo (dalam bahasa jawa), bregodo Sembrani, bregodo abang, bregodo Umbul-umbul bregodo Gamelan dan  bregod  Mburi.



Jangan lupa lihat artikel menarik lainnya yaa :

Puncak Kosakora Gunungkidul
Pemandian Alam Blue Lagoon Jogja

Artikel Terkait

Previous
Next Post »