Kesenian Jathilan

Mei 30, 2020
Kesenian Jathilan


Jathilan adalah tarian paling tua di Jawa, biasa disebut dengan nama Jaran Kepang atau Kuda Lumping. Jathilan ini suatu kesenian yang menyatukan antara unsur gerakan tari dengan magis.



Asal usul kata Jathilan berasal dari “jaranne jan thil-thilan tenan” dalam bahasa indonesia artinya “kudanya benar benar joget tak beraturan” gerakan tarian ini diiringi alunan musik gamelan dan lantunan suara sinden. Tarian ini dimainkan dengan properti berupa kuda tiruan yang terbuat dari anaman bambu.

Kesenian Jathilan ini menggambarkan kisah prajurit Mataram yang sedang mengadakan latihan perang dibawah pimpinan Sultan Hamengku Buwono I demi persiapan mengadapi konolialis Belanda. Gerakan Tarian Jathilan ini penarinya dengan lemah gemulai dalam menggerakkan badan, namun berjalannya waktu para penari ini menjadi kerasukan roh halus, pada saat kondisi kerasukan ini dalam bahasa Jawa sering disebut dengan nama “ndadi” atau dalam bahasa inggris “trance”.

Selain para penari di Jathilan ini ada instrumen pertunjukan lainnya antara lain : para perias, penabuh gamelan dan pawang. Pawang adalah sosok yang mempunyai peran serta tanggungjawab mengembalikan jalannya pertunjukan dan menyembuhkan penari yang kesurupan. Pada saat “ndadi” atau kerasukan ini para penari mampu melakukan gerakan atraksi berbahaya yang tidak dapat dicerna oleh akal manusia, contohnya memakan kembang, memakan dupa atau kemenyan, memakan dedaunan bahkan mengunyah beling.

Sesuai perkembangan jaman sejatinya ada banyak cerita dikembangkan, ditampilkan pada pertunjukan jathilan atau jaran kepang. Gambaran cerita tentang Pangeran Diponegoro maka ada juga cerita Panji Asmarabangun yaitu putra dari kerajaan Jenggala Manik. Maka penampilan para penari ini pun menggambarkan tokoh tersebut baik gerakan maupun aksesorisnya. Contoh aksesorisnya antara lain menggunakan gelang kaki, gelang tangan, ikat pada lengan keris, kalung dan menggunakan mahkota yang disebut”kupluk panji”.

Pelaku Seni Jathilan atau kuda lumping ini pada awalnya dimainkan oleh laki – laki namun seiring perkembangan jaman sekarang mulai perempuan juga menjadi penari, tetapi keduanya tak lepas dari kejadian “ndadi”. Jathilan ini selain merupakan hiburan rakyat juga ada unsur ritual. Ketika seseorang pawang jathilan melakukan sebuah ritual yang intinya memohon ijin kepada Tuhan agar jalannya pertunjukan ini lancar dan mengucap “kulo nuwun atau permisi” kepada makluk lain yang berada di sekitar tempat tersebut agar tidak mengganggu jalannya pertunjukan.

Kesenian Kuda Lumping ini beda daerah beda sebutan ada sekitar antara lain : Jaranan Buto dari Banyuwangi, Jaranan Turonggo Yakso dari Trenggalek, Jarang Kepang dari Surabaya, Ebeg dari Banyumas serta Jathilan dari Jogja dan Jawa Tengah.



Jangan lupa lihat artikel menarik lainnya yaa : 

Artikel Terkait

Previous
Next Post »